Download versi cetak: 1242_1415_KebaktianPagiSore_2025-14Dec_IAR
Advent dan Pertobatan Sejati
Lukas 3:1-14
Pdt. Ivan Raharjo, M.Th.
*Ringkasan khotbah ini belum diperiksa pengkhotbah
Tradisi GRII di dalam menjalani momen Natal cukup dekat dengan apa yang menjadi tradisi gereja-gereja kuno. Setidaknya dari abad ke-4 dan nantinya semakin kental lagi ketika sudah memasuki abad ke-7, gereja Kristen memiliki sebuah tradisi yang disebut sebagai advent, yaitu kira-kira hampir 1 bulan menjelang hari Natal, ada sebuah peringatan yang disampaikan. Advent mengajarkan pada kita untuk mempersiapkan diri baik-baik, sebelum kita merayakan Natal dengan segala kemeriahannya, kita diajar untuk mempersiapkan hati yang benar. Sehingga ketika hari Natal itu tiba, maka kita bisa menikmati momen Natal dengan lebih limpah. Ibaratnya masa-masa advent itu seperti warming up, sebelum the main event. Sama seperti saudara mau lari 10 km misalnya, antara ada pemanasan dengan benar dan lari langsung begitu saja tanpa pemanasan, hasilnya akan sangat beda. Advent secara literal adalah kedatangan seseorang yang sangat penting. Dalam kaitannya dengan hari Natal, advent berarti bagaimana kita menantikan kedatangan Kristus.
Kedatangan Kristus bisa dilihat dari tiga sisi setidaknya. Kedatangan Kristus yang pertama kali, yaitu ketika dia berinkarnasi menjadi manusia yang berdarah dan berdaging. Para teolog memberikan istilah adventus redemptionis atau datangnya redemption. Ketika Kristus sudah naik ke surga maka dengan cara apa kita bisa menantikan kehadiran Kristus kembali di dunia ini? Kehadiran Kristus melalui kehadiran Roh Kudus, melalui firman dan sakramen dan sarana-sarana anugerah yang ada. Ini disebut sebagai adventus sanctificationis atau datangnya kekudusan. Kedatangan Kristus bukanlah sekedar di masa lalu ketika dia berinkarnasi, bukan di masa sekarang ketika Kristus hadir di dalam Roh-Nya, tetapi juga kedatangan Kristus yang di hari terakhir nanti. Ini disebut adventus glorificamus atau datangnya kemuliaan. Pada hari terakhir itu Kristus akan datang kembali secara fisik ke dalam dunia ini, bukan dengan menjadi seseorang bayi yang lemah lahir di palungan, tetapi sebagai seorang hakim yang datang di dalam segala kemuliaan. Setiap kali kita melewati momen Natal kita bisa mempersiapkan hati kita dengan merenungkan bagaimana kita mengharapkan kehadiran Kristus dari berbagai aspek ini. Sekalipun Kristus sudah datang 2000 tahun yang lalu, kita tetap bisa belajar bagaimana kita mengharapkan kehadiran Kristus dalam hidup kita di masa sekarang ini. Dan bagaimana kita menjalani hidup kita di dunia ini sambil kita menanti datangnya hari terakhir di mana Kristus yang menghakimi dunia akan datang kembali.
Perenungan kita bersama adalah bagaimana sekarang caranya kita mempersiapkan kehadiran Kristus dalam hidup kita saat ini sambil kita menantikan kedatanganNya di hari terakhir. Terkait erat dengan bagaimana umat Tuhan di Alkitab menantikan kedatangan Kristus di hari Natal 2000 tahun yang lalu. Salah satu tokoh yang paling sering disoroti di dalam masa-masa advent adalah Yohanes Pembaptis. Karena satu-satunya tokoh yang besar yang berdiri di dalam persimpangan zaman, antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Di Perjanjian Lama Tuhan banyak memberikan janji tentang datangnya Mesias yang akan menyelamatkan. Janji-janji Dia berikan lewat para nabi. Tetapi setelah 400 tahun Tuhan berhenti berbicara, Tuhan tidak lagi kirimkan para nabi. Tetapi tiba-tiba secara ajaib Allah menghadirkan Yohanes Pembaptis kepada seorang wanita tua bernama Elizabeth, yang nantinya dia akan mempersiapkan jalan bagi Mesias. Yohanes Pembaptis termasuk angkatan para nabi yang melayani sebelum Mesias itu datang, menghadirkan kerajaan Allah. Dia juga menjadi orang-orang pertama yang masuk berbagian dalam kisah kerajaan yang akhirnya hadir di dalam Yesus Kristus. Dengan cara apa Yohanes itu mempersiapkan kedatangan Mesias? Kita membaca lagi Lukas 3:4-6. Apa maksudnya lembah ditimbun, gunung dan bukit diratakan? Kita perlu membayangkan hidup di zaman itu, tidak ada jalanan aspal. Kalau kita sedang pergi berjalan dari satu tempat ke tempat lain dan tiba-tiba dalam rute yang biasa kita lewati ada rintangan yang menghalangi, katakanlah ada pohon tumbang atau ada tanah longsor, maka apa yang kita lakukan? Kita putar arah cari jalan lain yang bisa dilewati sekalipun mungkin itu tidak nyaman. Demikian juga kalau katakanlah kita lagi jalan tiba-tiba ada parit atau selokan, kita akan melewati itu mungkin dengan pelan-pelan turun dengan hati-hati.
Di zaman itu, ketika ada raja mau pergi dari satu kota ke kota lain, maka akan ada utusan yang dikirimkan untuk memastikan rute dari satu titik ke titik itu dilewati rombongan kereta raja nanti dengan senyaman mungkin tanpa rintangan. Kalau ada pohon tumbang yang menghalangi, pohonnya disingkirkan. Kalau ada parit atau selokan yang bikin kereta susah lewat, ditimbun bagian itu supaya kereta raja bisa lewat dengan mulus. Nah, ini bedanya kita rakyat jelata dengan raja. Kalau kita ketemu jalanan yang sulit, kita yang harus adjust, kita yang harus beradaptasi mencari solusi lain. Tapi kalau raja yang ketemu jalan yang susah, jalannya yang harus adjust dengan dia. Dalam nubuatan Yesaya tentang Yohanes Pembaptis itu, dikatakan persiapan yang dia lakukan itu bukan sekedar menimbun parit, menyingkirkan pohon tumbang. Tapi dikatakan kalaupun ada lembah di depannya maka lembah itu yang harus diratakan. Kalau ada gunung bukit juga diratakan. Bahkan dikatakan kalau jalannya berbelok-belok, itu juga harus diluruskan. Saya tidak mengerti bagaimana caranya meluruskan jalan berbelok-belok mengikuti maunya raja. Ini menunjukkan bahwa raja yang kedatangannya dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis itu bukan sembarang raja. Ini bukan sekedar orang penting. Tapi Dia adalah Raja di atas segala raja. Dia adalah Raja seluruh ciptaan. Secara konkret bagaimana Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi kedatangan Kristus? Di ayat ketiga dikatakan, “Maka datanglah Yohanes ke seluruh daerah Yordan dan menyerukan, bertobatlah. Berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Di sini kita melihat Yohanes mempersiapkan jalan dengan menyerukan panggilan pertobatan bagi semua orang. Mesias, Kristus akan segera datang maka bertobatlah. Kenapa demikian? Karena Mesias yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama, Dia datang bukan saja untuk menyelamatkan, tapi untuk menghakimi. Lebih tepatnya, Dia datang untuk menyelamatkan dunia yang jahat dan berdosa ini dengan cara menghakimi kejahatan dan dosa di dalam dunia ini. Allah mendatangkan keselamatan bukan sekedar dengan menyatakan kasih, tapi mendatangkan keselamatan dengan menghancurkan, menghukum, menghakimi apa yang jahat.
Lukas 3: 1-2 – Dua ayat ini menjadi ciri khas Lukas. Ketika dia menceritakan sesuatu, maka dia memberikan penjelasan lengkap kapan kejadian ini terjadi. Di sini kita bisa mendapatkan gambaran bahwa apa yang diceritakan Lukas itu sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi dalam sejarah. Tetapi bukan hanya itu, dua ayat ini menggambarkan kepada kita kisah penindasan yang terjadi pada zaman itu. Umat Tuhan hidup di bawah penguasa-penguasa jahat. Kita membaca tadi pertama disebutkan Kaisar Tiberius. Dia dikenal sebagai kaisar yang begitu kejam yang minta untuk disembah sebagai Allah. Kita juga melihat Pontius Pilatus yang terkenal juga kejam dan akhirnya akan menyalibkan Yesus. Kita juga melihat Herodes dan Filipus ini saudara kakak beradik keturunannya Herodes Agung. Herodes the Great itu adalah orang yang berusaha membunuh bayi Yesus. Herodes mengklaim dia adalah raja orang Yahudi dan nantinya mengambil istri saudaranya. Ketika ditegur oleh Yohanes Pembaptis, maka dia membunuh Yohanes Pembaptis. Bukan hanya orang-orang Yahudi yang menjadi antek-antek Romawi, tapi bahkan pemimpin-pemimpin agama orang Yahudi, Hanas dan Kayafas, adalah orang-orang yang korup. Ini adalah zaman di mana umat Tuhan dipimpin dan dikuasai oleh orang-orang jahat seperti ini. Maka umat Tuhan menantikan kapan datangnya Mesias yang akan melepaskan mereka. Mereka menantikan Mesias yang akan membereskan dosa-dosa dan kejahatan itu. Masalahnya, dosa dan kejahatan pada zaman itu bukan hanya ada di luar sana. Dosa dan kejahatan itu bukan hanya dimiliki oleh para penguasa itu. Tapi dosa dan kejahatan itu ada di dalam hati setiap orang. Janji Allah untuk mengirimkan Mesias itu akan segera digenapi. Dan Mesias ini akan datang untuk menyelamatkan dengan cara menghakimi dosa. Masalahnya dosa ini bukan dosa milik beberapa pemimpin jahat saja, tetapi milik setiap orang. Maka penghakiman Allah akan datang kepada setiap orang. Itulah kenapa ada nuansa yang sangat urgent di dalam seruan Yohanes Pembaptis.
Di ayat ke-9 dikatakan kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah baik akan ditebang dan dibuang ke api. Bayangkan sebuah banjir besar seperti yang belum lama ini terjadi di Sumatera. Seandainya ada orang mengetahui bahwa hal ini akan terjadi 2 minggu lagi. Dia pasti akan berseru dengan sekuat tenaga. Kasih peringatan kepada banyak orang, akan ada banjir segera lari, segera menyingkir. Tidak peduli lagi apakah akan disalah mengerti orang, dianggap terlalu kasar bicaranya. Yang ingin dia lakukan hanyalah meyakinkan orang untuk menyelamatkan diri. Advent itu adalah waktu dimana kita mempersiapkan kedatangan sang raja yang akan menghakimi. Di satu sisi memang ini adalah masa-masa penuh dengan antisipasi, penuh dengan excitement. Raja akan datang menyelamatkan kita. Tetapi ketika kita sadar, Raja ini juga nanti akan menyuruh kita berdiri di hadapanNya dan meminta pertanggungjawaban dari setiap kehidupan kita, ada kegentaran, ada keseriusan. Inilah yang menjadi salah satu tema penting dalam masa-masa advent, pertobatan.
Dan dalam hal inilah, mengapa dalam tradisi GRII kita menjadikan momen Natal sebagai momen penginjilan. Natal bukan sekedar menjadi kebaktian yang diisi dengan lagu-lagu yang meriah, light show, performance, kembang api yang memukau. Tetapi Natal menjadi momen yang serius di mana kita menyerukan peringatan bahwa Sang Hakim akan segera datang membawa kapak. Sudah siapkah engkau memberikan pertanggungan jawab di hadapannya? Saya bersyukur di GRII, kita bisa melewati Natal dengan melakukan berbagai macam kegiatan KKR dan penginjilan. Dan saya bersyukur melihat bagaimana banyak saudara sekalian di sini juga dengan begitu rajin sama-sama mendukung pekerjaan ini, membagi traktat, mempersiapkan segala sesuatu sebaik mungkin. Satu pekerjaan besar yang kita semua sama-sama melakukannya.
Ketika kita menyoroti Yohanes Pembaptis sebagai orang yang menyerukan pertobatan sebagai persiapan menyambut kedatangan Kristus, kita melihat bahwa seruan pertobatan itu diberikan bukan sekedar kepada orang-orang di luar gereja, tapi justru kepada kita yang ada di dalam gereja. Kita harus hati-hati di dalam segala kesibukan mempersiapkan berbagai macam acara Natal untuk menginjili orang lain. Bagaimana dengan hati kita sendiri? Apakah pertobatan dalam hati setiap kita? Jangan kita menjadi seperti orang Yahudi di zaman itu. Orang-orang yang mengharapkan Mesias datang, tapi menghakimi orang lain dan tidak sadar bahwa Mesias juga datang menghakimi kita. Seringkali kita juga mengharapkan Tuhan kerjakan banyak hal di tengah kita. Kita panjatkan doa demi doa. Tapi kita sendiri tidak siap untuk hati kita dibentuk oleh Tuhan. Kita tidak mau kesombongan kita diratakan. Kita tidak mau hati yang kurang iman ini untuk diangkat belajar percaya kepada Dia. Seruan pertobatan Yohanes Pembaptis diberikan kepada umat Tuhan di dalam gereja.
Kita baca kembali ayat 7-8. Kalau Yohanes Pembaptis ada dalam konteks kita saat ini, kira-kira dia akan berkhotbah seperti apa? Mungkin dia akan berkhotbah seperti ini, Saudara tahu saudara orang macam apa? Saudara adalah orang munafik. Saudara pergi ke gereja di hari Minggu, tapi sepanjang hari lain saudara melupakan Tuhan. Saudara mengatakan, “Engkau punyanya Tuhan milik Tuhan, anak Tuhan”, tetapi engkau diam-diam menikmati segala kesenangan dalam dosa. Engkau hidup dalam segala kelimpahan dan kenikmatan yang kau miliki, tapi engkau tidak pernah melakukan apapun untuk menolong orang yang membutuhkan. Engkau semua adalah ular. Dan ular adalah keturunan setan.Saudara pikir saudara akan diselamatkan kalau saudara sudah dibaptis? Saudara pikir jadi anggota GRII pasti masuk surga? Kecuali saudara bertobat, saudara akan masuk ke dalam neraka. Karena kapak itu sudah siap di akar pohon. Saudara bisa bayangkan, ini membuat banyak orang itu menjadi rasa tidak nyaman. Apa yang Yohanes lakukan pada waktu itu adalah membongkar segala topeng banyak orang.
Yohanes menyerukan peringatan keras ini, khususnya kepada orang-orang yang memiliki false confidence. Seolah-olah jadi orang Israel, jadi orang Kristen, jadi anggota GRII, berarti kita sudah punya relasi yang benar dengan Tuhan. Yohanes mengatakan: jangan pikir kamu keturunan Abraham sudah otomatis Tuhan berkenan kepada engkau. Jangan pikir engkau sudah aktif pelayanan di GRII, bahkan khotbah di KKR regional maka engkau sudah pasti diterima oleh Tuhan. Semua dari saudara harus mengaku dosa di hadapan Tuhan. Semua harus dibaptis. Pada zaman itu baptisan hanya dilakukan oleh orang-orang bukan Yahudi. Jadi kalau ada orang bukan Yahudi ingin masuk ke dalam komunitas umat Tuhan, maka mereka akan membasuh diri, supaya mereka tidak lagi kotor dan dilayakkan untuk masuk ke dalam komunitas umat Tuhan. Tapi orang Yahudi, by birth-right, mereka sudah otomatis jadi anggota umat Tuhan. Mereka menganggap diri mereka sudah cukup bersih. Oleh sebab itu Yohanes menegur dengan keras. Yohanes Pembaptis mengajak kita untuk tidak meletakkan rasa confidence kita itu dalam hal-hal yang kelihatan baik di luar saja. Yohanes Pembaptis mengatakan, “Engkau pun harus mengaku dosa di hadapan Tuhan. Engkau harus bertobat, tinggalkan dosa dan sungguh-sungguh bertobat.“
Seperti apa orang bertobat secara konkret? Itu kita bisa melihat ayat ke-10 sampai 14. Di sini kita melihat bahwa pertobatan sejati itu bukan sekedar kita merasa menyesal , tapi ada tanda-tanda di mana kita menghasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan. Ini setiap orang mungkin bisa berbeda. Tetapi di dalam ayat ini kita melihat setidaknya ada tiga contoh. Yang pertama, ketika ada orang bertanya, “Jadi Yohanes Pembaptis, sekarang apa yang harus kami perbuat?” Yohanes mengatakan, “Barang siapa punya dua helai baju, kasih satu kepada yang tidak punya. Kalau engkau punya makanan, kasih juga kepada orang lain yang membutuhkan.” Yohanes mengajarkan untuk kita menjadi murah hati dan suka berbagi. Yohanes membongkar dosa keegoisan dalam hati orang-orang yang pelit. Di sini kita bukan sekedar menyadari jika kita termasuk orang seperti ini, tapi kita perlu bertobat dengan cara mengambil tindakan konkret, yaitu belajar berbagi. Kedua, Yohanes mengatakan, “Jangan menagih lebih banyak daripada apa yang telah ditentukan.” Di zaman itu adalah umum kalau pemungut cukai mencari tambahan pemasukan lewat posisi mereka dengan meminta lebih. Yohanes Pembaptis tidak menyuruh mereka berhenti melakukan profesi itu, tapi dia mengatakan jangan serakah, jangan abuse kekuasaan yang kamu miliki. Jangan mengambil advantage dari orang lain yang lemah demi keuntungan pribadimu sendiri. Jangan serakah! Ketiga, ketika para prajurit, yang mungkin pada zaman itu bisa disamakan seperti polisi di zaman sekarang. Yohanes mengatakan jangan merampas, jangan memeras. Cukupkan dirimu dengan gajimu. Para prajurit posisinya berbeda dari para pemungut cukai. Karena para prajurit ini pada umumnya gaji mereka itu memang rendah. Hidup mereka juga mungkin tidak mudah. Jadi mungkin mereka bisa pakai itu sebagai alasan untuk mengatakan, “Kami ini juga korban sistem, kami hidupnya susah, kamipun berhak merampas untuk mendapatkan lebih banyak.” Play victim adalah satu langkah untuk menjadi seorang victimizer yang juga abuse kekuasaan. Yohanes Pembaptis sekali lagi tidak menyuruh mereka berhenti keluar dari sistem tersebut. Tetapi dia menyuruh mereka untuk belajar content.
Tiga contoh ini sedikit banyak terkait dengan namanya uang. Dan kita sudah bahas bagaimana uang dan harta itu punya kuasa yang kuat di dalam menarik hati kita. Maka kita juga perlu terus waspada, perlu terus belajar bertobat. Kita perlu bertanya dalam hati kita sendiri, apakah saya ini orang yang pelit ataukah saya bisa belajar lebih generous? Apakah saya ini orang yang serakah yang akan menggunakan berbagai macam kesempatan untuk merampas punya orang lain? Apakah saya merasa tidak puas dengan apa yang saya punya, saya play victim dan mengambil keuntungan yang tidak seharusnya? Setiap pergumulan kita pasti berbeda-beda. Ada mungkin yang bergumul dengan masalah iri hati dan menggerutu, atau mungkin saudara punya pergumulan dengan bergosip. Atau bergumul dengan kemalasan dan akhirnya sering mencuri waktu dan seterusnya. Ataukah saudara bergumul dengan masalah lust dan saudara hidup dalam ketidak kudusan? Atau saudara mungkin kelihatannya begitu di atas, tapi sebetulnya bergumul dengan masalah pride. Ataukah mungkin saudara seorang anak yang berkumul dengan perasaan marah, perasaan tidak sabar kepada orang tua atau sebaliknya orang tua kepada anak. Saya tidak tahu apa yang menjadi pergumulan setiap saudara. Tetapi Yohanes Pembaptis mengatakan setiap dari saudara bergumul dengan dosa tertentu. Dan pada hari ini, saudara harus mengaku dosa di hadapan Tuhan. Saudara harus merasa gentar. Karena setiap dari kita bergumul dengan satu dosa tertentu. Biarlah nanti dalam doa kita nanti malam kita minta Tuhan ampuni dosaku yang satu ini. Dan aku mau meninggalkan dosa ini sekarang juga.
Kita harus ingat siapa yang datang di hari Natal, Dia adalah Raja Alam Semesta, yang datang untuk menghakimi dosa, yang datang membawa kapak yang siap menebang pohon yang tidak berbuah. Ketika raja ini datang, jangan kita mengatakan, “Aduh, saya tidak mau menyembah raja yang seperti itu. Saya mau menyembah raja yang sabar dan mengampuni.” Kita yang harus adjust dengan isi hati sang raja. Kalau kita yang minta supaya raja yang menyesuaikan kemauannya dengan kita, itu bukan raja yang sejati, itu raja palsu. Kalau saudara mau betul-betul menyembah raja yang sejati, saudara yang harus bertekuk lutut di hadapan Dia dan meminta ampun. Mari kita mendengar seruan Yohanes Pembaptis. Kita bertobat dan bukan hanya merasa menyesal, tapi kita menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. Memang pada akhirnya bukan pertobatan yang menyelamatkan saudara. Yang menyelamatkan saudara adalah Yesus Kristus. PengorbananNya di atas kayu salib dan kebangkitanNya dari kubur, itu yang menyelamatkan saudara. Tapi tidak ada keselamatan tanpa pertobatan yang sejati. Sebab hati yang bertobat, yang sungguh-sungguh mau menghasilkan buah pertobatan dalam hidup, itu adalah hati yang siap untuk nantinya menerima keselamatan di dalam Kristus. Advent menjadi waktu yang tepat untuk kita merenungkan peringatan Yohanes Pembaptis secara serius. Jangan buru-buru kita mengatakan, “Ah, ya tapi kita memang tidak bisa sempurna, Kristus sudah ampuni dosa kita, maka kita pasti selamat.” Itu semua betul. Tapi jangan kita menganggap enteng seruan pertobatan dari Yohanes. Saudara tahu itu salah, tapi saudara terus melakukannya, saudara mempermainkan Kristus sang raja semesta. Dan saudara sedang main-main di tengah hujan yang lebat yang sebentar lagi akan menghanyutkan segala sesuatu. Maka kita dengarkan seruan Yohanes. Jangan kita jatuh kepada kepercayaan diri yang palsu. Kedatangan Kristus kembali nanti itu sesuatu yang pasti. Dia akan datang kembali untuk menghakimi setiap orang. Maka biarlah sebelum hal itu terjadi, kita belajar hidup dipimpin oleh Roh Kristus yang memperbaharui hidup kita. Kristus mengasihi kita apa adanya. Tetapi Dia tidak mau membiarkan kita tetap dalam keadaan berdosa.Dia meminta untuk kita bertobat. Bertobat, semakin hari semakin suci. Jangan menunda pertobatan. Natal dirayakan dengan cara berbeda-beda, tetapi juga berarti di hadapan raja yang berbeda-beda. Dan musim di mana penuh dengan kesibukan dan aktivitas, mungkin itu juga sebuah kesibukan di mana kita sibuk membuat raja-raja palsu bagi kita. Tapi bagi kita yang mengenal siapa raja yang sejati yang datang di hari Natal, biarlah ini menjadi momen di mana kita belajar kembali memikirkan apa artinya kita menyembah Yesus sebagai raja kita. Siapkah saudara meninggalkan segala dosa dan ilah palsu dalam hati saudara dan dengan setia, dengan suci menantikan kedatangannya kembali di tengah-tengah dunia ini? Mari kita bersatu dalam doa.